Marriage is...
Friction.
Bulan-bulan awal pernikahan saya dengan si
mas adalah bulan paling sebelnya saya dengan dia. Correct. Masa-masa sebelnya
saya dengan diri saya sendiri mungkin lebih tepat.
Saya yang sangat dekat dengan keluarga
inti saya, pastinya sedikit banyak saya berguru dengan queen of marriage yang
saya tahu, ibu saya sendiri. Dan kebanyakan kebijakan-kebijakan rumah tangga
yang mencoba saya terapkan, ditentang oleh si mas.
Puncaknya adalah pada saat Ramadhan
kemarin. Rumah kami sudah siap lahir batin untuk ditempati. Sudah diadakan
acara syukuran sedikit dan sedikit pengajian untuk gong dan juga rasa syukur
karena kami sudah memiliki rumah kecil kami sendiri :)
Tapi saya belum berani untuk tinggal
malam-malam sendiri, terlebih si mas lagi hectic-hecticnya dan pulang jam 12
malam atau jam 3 pagi terus. Dan saya insist banget, si mas harus pulang ke
rumah kami meanwhile saya pulang dulu ke cibalagung, Toh nanti subuh saya akan
langsung pulang ke rumah kami anyway. Begitulah friksi dimulai, saya insist si
mas harus pulang ke rumah, si mas insist saya harus ada di rumah kami juga atau
si mas pulang juga ke cibalagung. Belasan chat penuh emosi dan berakhir dengan
si mas pulang juga ke rumah kami. Pagi-pagi setelah saya shalat subuh, langsung
menuju rumah kami. Dan si mas kelewatan sahur.
Guilty feeling forever! Dan selesailah
friksi kami *untuk hari itu*
Friksi sebelumnya adalah saat saya dinas
ke Surabaya. Di hari yang sama, pengiriman ranjang dan tempat tidur saya harus
dilakukan. Sebenarnya saya sudah minta tolong pada Ibu saya agar handle semua
pengawasan pengiriman, tapi entah kenapa si mas juga jadi super ribet. Segala
marah-marah sambil nelpon saya pagi-pagi di Surabaya. Bilang gak koordinasi
dulu lah, bilang belinya kebanyakan lah... Hmmm, saya gak terima dong. Mana
saya mau tugas event dulu. Jadilah saya reject semua telp si mas dan chat
panjang lebar. Tentang saya yang berjuang dan mikirin semua-muanya sendiri.
Buat kepentingan bersama.
Ujungnya, saya gak mau masalah
berlarut-larut dan pulang masih harus discuss lagi yang ujung-ujungnya akan
saling emosi.
Saya chat minta maaf, bilang kangen dan
minta gak usah diperpanjang lagi. Karena toh ini hanya friksi.
Selesai dan saya bisa menikmati event saya
: makan-makan! :D
Well, saya berasa udah bertahun-tahun ya
nikah sama si mas haha. Padahal pernikahan kami masih sangat muda, baru
berjalan 6 bulan. Masih panjang perjalanan yang harus kami lakukan ke depannya.
In shaa Allah dilanggengkan #aamiin.
Membuka Tabir.
Saya pernah bercerita dengan rekan saya di
kantor. Menikah itu, membuka tabir pikiran dan hati. Pikiran dan hati saya
terutama. Seminggu setelah saya menikah, i just bumped in into my ex-social
media. Dan bersyukur saya telah menjalin hubungan dengan mereka semua.
Beryukur pernah sangat jatuh cinta, pernah sayang banget, pernah patah hati
berkeping-keping, pernah galau berbulan-bulan. Pernah merasakan mimpi buruk
seperti ada monster yang mencabik-cabik tubuh kita karena saking hancur hati.
Pernah.
Karena semua itu yang membuat saya kuat
dan menghargai cinta orang terhadap saya. Cinta si mas terhadap saya. Cinta
yang sangat perhatian sangat, walaupun sayanya masih gerah dengan perhatian
seperti itu. LOL
Akhirnya saya mengerti kenapa tidak pernah
berhasil dengan pria-pria sebelumnya. Karena memang si mas lah yang
dipersiapkan untuk saya. The best I can get! Dengan semua latar belakang
saya, keinginan saya, impian saya.
Dengan yang lain, mungkin tidak ada yang
penerimaannya sebaik si mas.
Dengan pemikiran tersebut, saya jatuh
cinta kembali dengan semua pria di masa lalu hidup saya. Jatuh cinta dan sangat
berterima kasih, karena mereka memberikan saya pemahaman ini. Semua pengalaman hidup
yang tidak akan terbeli oleh apapun juga J
Life Insvestment.
This is TRUE! Dengan semua pengalaman saya
dengan pria. Lalu kehidupan saya yang terbiasa
mandiri. Saya belum membutuhkan menikah, saat ini. Saya masih enjoy mengejar
passion saya. Masih enjoy kerja. Masih enjoy jalan sana sini dengan teman dan
menikmati event-event seru. Mak saya aja yang ketar-ketir melihat pertambahan
usia saya.
Bukaan, bukaan saya tidak mau menikah. Tapi lebih ke percaya
kalau semua hal pasti indah pada waktunya. Trust me, saya sudah sangat paham
akan hal itu dengan adanya semua kejadian dalam hidup saya.
Tapi menikah cepat dengan si mas juga membuat saya bersyukur,
akhirnya hari-hari saya sebagai married woman dimulai. Dan menikah itu adalah
investasi untuk masa depan. (Menurut saya) Nikah itu agar nanti di hari tua
kita mempunyai teman, agar nanti kita mempunyai anak yang bisa kita ceritakan
tentang masa muda yang sangat menarik, agar nanti di saat sakit-sakitan ada
orang di sebelah kita. Tapi harus kita lakukan sekarang karena saatnya nanti
kita butuhkan, gak bisa ujug-ujug ada orang di sebelah kita tersebut.
Jadi, itulah kenapa saya bilang si mas adalah the best I can
get. Salah satunya adalah karena saya masih seneng jalan sana jalan sini, jam
kerja si mas masih mengharuskan dia terkadang sabtu minggu masuk. Naaah, pas
kan! :) Allah memang tepat memberikan apa
yang kita butuhkan.
Saya belum terlalu butuh terlalu attached dengan suami,
belum. Jadinya masa adaptasi saya bisa smooth dan saya masih bisa menikmati #metime
maupun #girltime saya.
Maka nikmat mana lagi yang saya ingkari? :)
Cinta.
Yup, menikah itu cinta. Bangeet! Saya tahu kalau si mas cinta dengan saya saat dia mengiyakan untuk pindah rumah ke Bogor yang berjarak 2 jam dari tempat kerja. Saya tahu si mas cinta dengan saya saat nungguin saya pulang lembur banget jam 12 malam dengan mata terkantuk-kantuk. Saya tahu si mas cinta sama saya saat membelikan semua tonik perawatan rambut padahal uang pegangannya lagi pas karena sedang renovasi dapur. Saya tahu si mas cinta sama saya kalau saya lagi marah-marah urusan rumah, jawabannya cuma "jangan marah doong, kan aku coba bantu kamu" #hiks #terharu
Last, marriage is never ending task. I mean, I didn’t mind
when it comes to cooking and food. But for the other, hmm.. still try to give
my heart over it. But let it be another story of mine. I will post about it
some time, soon! ^^
xoxo
D
Comments
Post a Comment